Kehampaan Hidup dari Seorang Pendosa

hampa

Entah hanya saya yang merasakan atau rekan semua juga merasakan, semakin bertambah dewasa diri kita maka semakin merasakan kehampaan yang luar biasa pada diri.

Entah karena dosa saya yang terlalu banyak atau karena hidup yang begitu monoton, menjalani hari demi hari terasa sangatlah membosankan.

Kekasih, sahabat, bahkan keluarga nyatanya tidak bisa membuat hidup ini lebih bergairah dan bermakna.

Namun saya sadar, kekosongan hati ini disebabkan hilangnya sesuatu dari dalam diri saya yang berkaitan dengan sang pencipta.

Mungkin saya terlalu sibuk memikirkan dunia hingga lupa jika durasi lama kehidupan manusia saat ini rata-rata hanya 60 tahun saja.

Ketika saya menulis artikel ini, umur saya sudah menginjak 20 tahun, jika dalam hitungan matematis maka saya sudah menjalani 30% dari jatah hidup saya.

30% tersebut sebagian saya gunakan untuk hal baik, namun akhir-akhir ini banyak hal tidak baik yang saya lakukan.

Melakukan hal yang selak dengan batin atau bertentangan dengan hati nurani nyatanya merupakan seni untuk membunuh diri sendiri.

Bukan membunuh secara fisik, namun membunuh rasa dari kepekaan, ketentraman dan kenyamanan dalam menjalani hidup.

Dibully Sedari Kecil

Saya sadar telah melenceng dan tersesat jauh dari jalan yang benar, telah jauh berbeda dari diri saya pada saat kelas SMP atau SMA.

Pada saat itu, memang kehidupan saya tidak jauh berbeda namun lebih baik. Di bully setiap hari dikelas saya rasa lebih indah daripada merasakan kekosongan ini.

Walau jika dilihat dengan kasat mata diri saya ini merana, namun hati kecil tetap bisa merasakan ketentraman karena sifat patuh terhadap ajaran agama yang ternyata sangatlah penting.

Bersosial merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, se introvert apapun manusia, dia harus bisa bersosialisasi setidaknya seminggu sekali.

Bersosialisasi ke tetangga, saudara, nenek, bibi dan sepupu adalah hal yang harus dilakukan. 

Namun hal tersebut juga menjadi problematika diri saya, masih menjadi misteri bagaimana bisa saya yang ceria dan humoris di lingkungan sekolah dan kampus namun menjadi sangat kaku dan dingin di lingkungan rumah.

Padahal ejekan para pembully sudah saya lupakan sejak 3 tahun lalu, padahal saya sudah memaafkan mereka yang selalu mengejek saya, dan padahal saya juga telah mendeklarasikan untuk berdamai dengan diri sendiri.

Namun masih saja, bersosialisasi dan akrab ke lingkungan rumah adalah hal yang sangat sulit. Apa karena alam bawah sadar saya yang sudah tidak bisa ramah ke lingkungan masa kecil saya?.

Entahlah, saya capek, saya bingung, saya linglung.

Harapan Selalu Ada

Namun harapan agar menjadi lebih baik selalu muncul di benak saya, harapan tersebut selalu ada dalam pikiran bersamaan dengan berbagai penyesalan yang berisi dosa dan rasa prihatin terhadap diri sendiri.

Bagusnya saya selalu melakukan koreksi terhadap diri sendiri setiap hari, koreksi tersebut memang bagus, namun apabila solusi dari koreksi tersebut tidak saya realisasikan justru hanya menambah beban hidup saya.

Oke deh, saya belajar realisasikan semua harapan yang ada dalam benak kepala mulai dari sekarang.

Saya berjanji untuk lebih taat kepada Allah SWT, tidak PMO (anak muda pasti tau), perbaiki ibadah supaya jernih fikiran, banyak beramal baik dan bekerja keras.

Janji ini saya buat pada tanggal 6 Februari 2022, semoga bisa istiqomah Aaminnn…

Eh iya, sebagai tambahan, blog gratisan ini akan saya jadikan notepad untuk menuliskan isi hatiku setiap hari, gak ada niatan ngejar duit atau apapun itu lewat blog.

Karena untuk hasilin duit udah ada di blog saya yang sebelah, hihi…

Yaudah segini aja ya, insyaallah sampai ketemu besok,, dada…



Tidak ada komentar untuk "Kehampaan Hidup dari Seorang Pendosa"